Selasa, 23 Desember 2014

Prinsip Koreksi Miopia, Hipermetropia dan Presbiopia

Nama               : Adha Didah Apriliyani
NIM                : G1D014023
Kelompok       : 3


Mata yang mempunyai titik jauh atau punktum remotum terhingga akan memberi bayangan benda secara tajam pada selaput retina dikatakan mata emetropia. Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga, mata demikian disebut mata ametropia.  Mata emetropia mempunyai punktum proksimum sekitar 25 cm disebut mata normal, sedangkan mata emetropia yang mempunyai punktum proksimum lebih dari 25 cm disebut mata presbiopia.
Pada mata presbiopi tidak ada masalah untuk melihat jauh, yang menjadi masalah adalah melihat dekat untuk itu dianjurkan memakai kacamata lensa ganda.

Presbiopia (Mata tua)
Pada usia muda, lensa mata masih lunak dan lentur sehingga bentuknya bisa berubah-ubah guna memfokuskan objek dekat atau jauh. Namun setelah berusia 40 tahun, lensa menjadi lebih kaku. Lensa tidak dapat dengan mudah mengubah bentuknya sehingga lebih sulit untuk membaca pada jarak dekat. Mata tua atau presbiopia disebabkan oleh berkurangnya elastisitas lensa mata karena faktor usia. Presbiopia bisa terjadi bersamaan dengan myopia, hipermetropia maupun astigmata. Penyakit presbiopia dapat diatasi atau dikoreksi menggunakan lensa rangkap atau bifokus. Kacamata ini memiliki dua lensa, yaitu untuk membaca dipasang di bawah dan untuk melihat jarak jauh di pasang di atas.


Mata ametropia mempunyai dua buah bentuk, yaitu:
a.       Miopia
b.      Hipermetropia

Miopia (Rabun Jauh)
Rabun jauh biasa disebut juga mipoia, mata minus, buta jauh atau cadok. Mata dikatakan rabun jauh bila hanya memiliki daya penglihatan jarak pendek, sedangkan objek pada jarak jauh tidak bisa dilihat. Mata minus diakibatkan oleh lensa mata yang terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan objek atau benda jatuh di depan retina. Objek pada jarak pendek terlihat dengan jelas. Sementara objek pada jarak jauh terlihat kabur karena mata terlalu panjang dan gambran terfokus di depan retina, bukan tepat pada retina.
Pada mata miopia, kemampuan melihat dekat dan jauh terganggu oleh karena letak punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga dianjurkan memakai kacamata lensa cekung (negatif). Pada miopia sinar sejajar masuk terfokus di depan retina. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena diameter anteroposterior mata terlalu panjang, karena daya refraksi kornea atau lensa lebih besar daripada normal atau karena lensa terdislokasi ke depan. Keluhan utama adalah penglihatan kabur untuk sasaran jauh. Titik terjauh untuk penglihatan jelas bervariasi berbanding terbalik dengan derajat miopia. Bila miopia meningkat, titik jauh penglihatan jelas menjadi lebih dekat.

Hipermetropia (Rabun Dekat)
Rabun dekat juga dikenal dengan istilah hipermetropia, mata plus, atau buta dekat. Mata dikatakan rabun dekat bila mata memliki daya penglihatan jarak jauh, tetapi tidak mampu melihat objek pada jarak dekat. Mata plus (+) memiliki bola mata lebih pendek dari pada mata normal akibat dari lensa mata tidak menjadi cembung. Bayangan objek atau benda jatuh di belakang retina sehingga objek jarak dekat terlihat kabur. Kelainan penglihatan ini dapat dikoreksi menggunakan lensa cembung yang dapat mengumpulkan cahaya.
Pada mata hipermetropia ini kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu di mana punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu sehingga dianjurkan memakai kaca mata lensa cembung (posititf). Hipermetropi juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang macula lutea. Koreksi hipermetropi adalah di berikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan. Hipermetropi sebaiknya diberikan kacamaata lensa positif terbesar yang masih memberi tajam penglihatan maksimal.


.Daftar Pustaka

Djing, O. G. (2005). Terapi Mata dengan Pijat dan Ramuan. Jakarta: Penebar Plus.
Gabriel, J. F. (1996). Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Ilyas, S. (2006). Kelainan Refraksi dan Kacamata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.







0 komentar:

Posting Komentar