Nama : Adha Didah Apriliyani
NIM : G1D014023
Kelompok :
3
Saat
menguap mulut akan menganga disertai dengan menghirup napas (inspirasi) panjang
dan diikuti dengan mengeluarkan napas (ekspirasi) dengan singkat. Menguap
penting untuk membuka saluran Eustachius yang berawal di telinga menuju
tenggorokan dan untuk menyeseuaikan tekanan udara di telinga tengah. Menguap
juga merupakan faktor terapeutik yang penting dalam mencegah komplikasi-komplikasi
pernapasan pascabedah. Menguap lazimnya dikaitkan dengan mengantuk, bosan, dan
tingkat-tingkat perangsangan yang rendah. Sering menguap karena ngantuk (umumnya
karena supply oksigen ke otak sangat
sedikit).
Menguap
merupakan refleks pernapasan. Kebanyakan dari kita akan menguap jika lelah atau
mengantuk, tetapi stimulus dan tujuan menguap itu sendiri tidak diketahui
dengan pasti. Terdapat beberapa kemungkinan, seperti kurangnya oksigen atau
penumpukan karbon dioksida. Keunikan dari refleks menguap ini adalah sifatnya
yang menular. Melihat seseorang menguap secara tidak disadari kita akan ikut
menguap pula. Kontrol pernapasan secara kimiawi dipengaruhi oleh PH darah,
kadar oksigen dan karbon dioksida darah. Penurunan kadar oksigen darah (seperti
pada hipoksia) akan dideteksi oleh kemoreseptor pada korpus karotis dan aortik.
Impuls sensori yang dicetuskan oleh reseptor ini menjalar di sepanjang nervus
vagus dan glosofaring samapi ke medulla, yang berespons dengan meningkatkan
frekuensi atau kedalaman pernapasan. Respons ini akan membawa lebih banyak
udara ke dalam paru-paru sehingga akan lebih banyak oksigen yang dapat berdifusi
ke dalam darah untuk memperbaiki keadaan hipoksik.
Saat
menguap kita akan menggerakan otot rahang, hal ini terjadi karena otot rahang
adalah bagian termudah yang dapat dirangsang oleh otak untuk mendapatkan energi
tambahan. Pada dasarnya menguap adalah hasil dari otak yang mengatakan bahwa ia
melemah dan membutuhkan tenaga tambahan. Mata terkadang berair ketika menguap,
hal tersebut terjadi akibat tekanan terhadap kelenjar-kelenjar airmata yang
terletak di pinggiran-pinggiran luar rongga mata, karena berkerutnya wajah bila
menguap. Tindakan menguap yang tidak dibawah kehendak itu baisanya mencakup
membuka mulut lebar-lebar sementara perlahan-lahan menghirup napas dalam-dalam.
Cara
tercepat mengatasi mengantuk adalah memompa darah ke kepala dengan menggerakan
otot rahang. Hanya otak yang mengetahui berapa banyak energi yang diperlukan
agar dapat kembali bekerja. Itu sebabnya kita tidak dapat berhenti menguap.
Kita akan terus menguap hingga otak mengatakan cukup. Menahan gerakan menguap
tidak banyak membantu, karena otak akan terus mengirim pesan untuk mendapatkan
energi.
Menguap
biasanya terjadi ketika kita seseorang mengantuk. Menguap sebentar sebelum
tidur dan setelah bangun boleh jadi merupakan mekanisme untuk meningkatkn
kewaspadaan atau fungsi otak pada seseorang yang mengantuk, atau mekanisme
untuk menekan kewaspadaan, mendorong relaksasi, atau mempersiapkan seseorang
untuk tidur. Rangsangan menguap pada manusia diawali dengan adanya signal yang
berasal dari bagian otak yang disebut PVN (Paraventricular Nucleus) yang
terdapat pada bagian hipotalamus. Signal tersebut merangsang sel-sel otak yang
lain, baik itu pada bagian batang otak ataupun hippocampus yang kemudian akan
menghasilkan kontraksi otot yang kita kita kenal dengan menguap. Terjadinya
pelepasan Adrenocorticotropic hormone
atau ACTH oleh PVN juga merupakan penyebab mengapa manusia menguap. Hormon ACTH
tersebut biasanya akan meningkat kadarnya secara dramatis selama seseorang
tidur dan saat sebelum tidur.
Daftar Pustaka
Juan,
Stephen.(2006). Tubuh Ajaib. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum
Tynan.(2005).
Melatih Anak Berpikir Seperti Jenius.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Yasmin
& Efendi.(2004). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar