Minggu, 02 November 2014

Reflective Essay Monumen Pangsar TNI Jenderal Soedirman


Nama                  : Adha Didah Apriliyani
NIM                    : G1D014023
Kelompok           : 4

Description
        Pada tanggal 24 Oktober 2014, saya dan teman seperjuangan mengikuti studi tur ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman yang terletak di Kecamatan Karanglewas, Purwokerto. Tujuan dari studi tur ini adalah guna memperkenalkan serta mengaplikasikan nilai juang dari sejarah perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman secara langsung yang diberikan oleh seorang guide. Selain itu saya pun dapat mengetahui sejarah kehidupan seorang pahlawan yang sangat gigih secara detail.
Feelings
        Saya merasa senang ketika pertama kalinya saya mendengarkan sejarah panjang dari seorang guide. Kemudian saat guide menceritakan sejarah panjang Jenderal Soedirman, sayapun terharu dan sangat bangga dengan perjuangan seorang Jenderal Soedirman. Saya tidak menyangka bahwa jiwa seorang pahlawan memang sangat mulia dan tidak lupa saya sangat berterimakasih atas perjuangan pahlawan yang telah memperjuangan kemerdekaan Indonesia.
Evaluation
        Saat sejarah panjang Panglima Besar Jenderal Soedirman selesai di ceritakan oleh guide, saya mengevaluasi diri. Saya melontarkan beberapa pertanyaan di dalam hati seperti mengapa saya tidak bisa gigih layaknya Jenderal Soedirman? Mengapa saya selalu mengeluh saat dalam keadaan sakit, namun faktanya Jenderal Soedirman tidak begitu? Bagaimana bisa Jenderal Soedirman melakukan hal yang selalu positif dan selalu gigih?. Setelah itu, saya merenungkan di dalam hati serta dengan mencari jawaban dan atau solusi yang akurat.
Analysis
        Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Purbalingga. Jenderal Soedirman pindah ke Cilacap dan disana pula beliau di besarkan dan atau diadopsi oleh pamannya yang seorang priayi. Jenderal Soedirman aktif mengikuti program kepanduan yang  dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Pada tahun 1944, beliau bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Setelah empat tahun kemudian, Jenderal Soedirman mengidap penyakit TBC dan harus menjalankan kedepannya dengan satu paru-paru. Pada saat Soedirman menjadi memimpin perang gerilya, beliau hanya duduk di sebuah tandu sederhana dikarenakan penyakit yang diidapnya. Namun dengan kegigihan seorang Soedirman berkata “Lebih baik aku di bom atom dari pada harus merdeka tidak seratus persen” setelah itu beliau pun mampu memenangkan perang tersebut.
Conclusion
        Dalam studi tur ini, saya banyak menerima pengetahuan tentang sejarah dan nilai juang dari seorang Panglima Besar  TNI Jenderal Soedirman. Beliau sangat gigih dalam melakukan segala hal, sekalipun beliau melakukan perang dalam keadaan sakit yang cukup kronis. Selain itu, beliau tidak pernah mengeluh akan masalah yang dihadapinya. Selama hidupnya, beliau menjadi seorang yang aktif di organisasi serta menjadikan orang yang terpandang. Maka wajar ketika beliau meninggal dunia, semua masyarakat banyak yang menangisi kepergian Jenderal Soedirman.
Action Plan
        Belajar dari sebuah pengalaman seorang pahlawan Indonesia Jenderal Soedirman, saya akan melakukan segala hal positif dengan kegigihan dan tanpa rasa mengeluh. Menjadikan tolak ukur sebuah perjalanan perang yang dilandasi dengan kegigihan untuk menjalankan kegiatan kedepannya. Selain itu dengan prinsip yang kuat serta selalu ingat motivasi terbesar saya, saya akan terus semangat menjalankan kehidupan yang sehat dan tak lupa saya dilandasi dengan sikap optimis.

0 komentar:

Posting Komentar