Nama : Adha Didah Apriliyani
NIM : G1D014023
Kelompok :
3
Mata
yang mempunyai titik jauh atau punktum remotum terhingga akan memberi bayangan
benda secara tajam pada selaput retina dikatakan mata emetropia. Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak
terhingga, mata demikian disebut mata ametropia.
Mata emetropia mempunyai punktum
proksimum sekitar 25 cm disebut mata normal, sedangkan mata emetropia yang
mempunyai punktum proksimum lebih dari 25 cm disebut mata presbiopia.
Pada
mata presbiopi tidak ada masalah untuk melihat jauh, yang menjadi masalah
adalah melihat dekat untuk itu dianjurkan memakai kacamata lensa ganda.
Presbiopia (Mata tua)
Pada usia muda, lensa
mata masih lunak dan lentur sehingga bentuknya bisa berubah-ubah guna memfokuskan
objek dekat atau jauh. Namun setelah berusia 40 tahun, lensa menjadi lebih
kaku. Lensa tidak dapat dengan mudah mengubah bentuknya sehingga lebih sulit
untuk membaca pada jarak dekat. Mata tua atau presbiopia disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas lensa mata karena faktor usia. Presbiopia bisa terjadi
bersamaan dengan myopia, hipermetropia maupun astigmata. Penyakit presbiopia dapat
diatasi atau dikoreksi menggunakan lensa rangkap atau bifokus. Kacamata ini
memiliki dua lensa, yaitu untuk membaca dipasang di bawah dan untuk melihat
jarak jauh di pasang di atas.
Mata
ametropia mempunyai dua buah bentuk, yaitu:
a. Miopia
b. Hipermetropia
Miopia (Rabun Jauh)
Rabun
jauh biasa disebut juga mipoia, mata minus, buta jauh atau cadok. Mata dikatakan
rabun jauh bila hanya memiliki daya penglihatan jarak pendek, sedangkan objek
pada jarak jauh tidak bisa dilihat. Mata minus diakibatkan oleh lensa mata yang
terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan objek atau
benda jatuh di depan retina. Objek pada jarak pendek terlihat dengan jelas. Sementara
objek pada jarak jauh terlihat kabur karena mata terlalu panjang dan gambran
terfokus di depan retina, bukan tepat pada retina.
Pada
mata miopia, kemampuan melihat dekat dan jauh terganggu oleh karena letak
punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga dianjurkan
memakai kacamata lensa cekung (negatif). Pada miopia sinar sejajar masuk
terfokus di depan retina. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena diameter
anteroposterior mata terlalu panjang, karena daya refraksi kornea atau lensa
lebih besar daripada normal atau karena lensa terdislokasi ke depan. Keluhan utama
adalah penglihatan kabur untuk sasaran jauh. Titik terjauh untuk penglihatan
jelas bervariasi berbanding terbalik dengan derajat miopia. Bila miopia meningkat,
titik jauh penglihatan jelas menjadi lebih dekat.
Hipermetropia (Rabun Dekat)
Rabun
dekat juga dikenal dengan istilah hipermetropia, mata plus, atau buta dekat. Mata
dikatakan rabun dekat bila mata memliki daya penglihatan jarak jauh, tetapi
tidak mampu melihat objek pada jarak dekat. Mata plus (+) memiliki bola mata
lebih pendek dari pada mata normal akibat dari lensa mata tidak menjadi
cembung. Bayangan objek atau benda jatuh di belakang retina sehingga objek
jarak dekat terlihat kabur. Kelainan penglihatan ini dapat dikoreksi
menggunakan lensa cembung yang dapat mengumpulkan cahaya.
Pada
mata hipermetropia ini kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu di mana
punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu sehingga dianjurkan memakai
kaca mata lensa cembung (posititf). Hipermetropi juga dikenal dengan istilah hiperopia
atau rabun dekat. Hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang macula lutea. Koreksi hipermetropi adalah di berikan
koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan. Hipermetropi sebaiknya
diberikan kacamaata lensa positif terbesar yang masih memberi tajam penglihatan
maksimal.
Djing,
O. G. (2005). Terapi Mata dengan Pijat
dan Ramuan. Jakarta: Penebar Plus.
Gabriel,
J. F. (1996). Fisika Kedokteran.
Jakarta: EGC
Ilyas,
S. (2006). Kelainan Refraksi dan Kacamata.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.